Politik    Sosial    Budaya    Ekonomi    Wisata    Hiburan    Sepakbola    Kuliner    Film   
Home » » Habis "Personal Shopper", terbitlah "Jastip"

Habis "Personal Shopper", terbitlah "Jastip"

Posted by Kabar Berita Rakyat Indonesia (KBRI) on Senin, 21 Oktober 2019


Saya sempat heran melihat seorang teman yang tiap hari keluar masuk mal. Toko-toko yang dia kunjungi mayoritas pejual barang-barang mahal atau bergerak mewah. Dia rajin mengambil foto, mengunggahnya ke Instagram  dan menginformasikan diskon (promo) terbaru.

Usut punya usut, banyak orang menggunakan jasanya membeli brang mahal dari mal kemudian mengirimkannya lewat jasa kurir atau ekspedisi. Semua kliennya tinggal di luar Jakarta.

"Mengapa mereka tidak belanja di toko online?" tanyaku satu kali.

Rupanya untuk keaslian barang, warna, ukuran yang di inginkan dan berbagai detail lain, banyak orang lebih nyaman menggunakan jasa pihak ketiga dari pada belanja  langsung ke toko online. Demikian dengan temanku.

"Komunikasi dengan penyedia barang di toko online tak bisa seintensif kominukasi denganku," tambahnya. Saya semakin paham seintensif komunikasi denganku," tambahnya. Saya semakin paham kepana tersedia ceruk pasar untuk jasa yang dia tawarkan di tengah booming  belanja online sekarang ini.

Bisnis yang digeluti temanku itu sebelumnya kita kenal dengan istilah personal shopper. Kadang disebut juga personal buyer. Pengguna jasa seperti itu mayoritas sosialita yang membutuhkan  barang-barang mewah dari luar negeri unutk mendukung gaya hidup mereka.

Sekarang masyarakat biasa juga rupanya telah menggunakan jasa seperti itu dan kita mengenal istilah baru, yakni jastip atau jasa titipan. Internet membuat bisnis yang dulu lebih bersifat persin ti person menjadi aktivitas ekonomi masif.

Temanku itu bercerita, sebagian besar kliennya sekarang adalah orang-orang yang tidak dikenalnya secara pribadi. Hanya bermodalkan promosi di Instagram, kemudian berlanjut denga pembicaraan intensif di WhatsApp, dia bisa meraih keuntungan hingga puluhan juta rupiah per bulan.

"Saya mencoba menggali informasi lebih banyak tentang bisnis baru ini. Dengan mengetik kunci "jasa titip" di menu search Instagram, ratusanakun yang menawarkan jasa sejenis bermunculan. Beberapa akun bahkan terhubung dengan website perusahaan resmi.

Mayoritas menawarkan jasa titip-menitip barang dari luar negeri. Ada spesialis negara tertentu, tetapi ada juga yang menawarkan jasa pembelian barang dari berbagai negara.

Dunia digital memang membukan banyak peluang yang sebelumnya tak pernah kta pikirkan. Keuntungan-keuntungan kecil yang sebelumnya tidak dilirik orang tiba-toba menjadi ladang menggiurkan setelah perangkat digital mengubahnya menjadi pasar besar.

Sebagai gambaran, bilan lalu kompas.com melaporkan bahwa
  • Direk Jenderal Bea dan Cukai telah menindak 422 jastip karena melanggar prosedur impor barang dari luar negeri.
Salah satu kasus yang menyita perhatian adalah aktivitas penyedia jasa titipan yang
  • sengaja memecah barang-barang klien mereka ke 14 orang pembawa barang untuk menghindari bea impor.
Dengan membuat perhitungan sederhana biaya tiket pulang-pergi perjalanan luar negeri, akomodasi dan berbagai biaya lain untuk 14 orang pembawa barang tersebut, kita bisa mendapatkan gambarang awal besaran keuntungan yang didapatkan penyedia jastip ini.

SHARE :
CB Blogger

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 Kabar Berita Rakyat Indonesia (KBRI). All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Creating Website and CB Blogger